Dampak dari perang dagang dan ketidakpastian ekonomi global mendorong konglomerat ASEAN ini untuk meluncurkan 6 Strategi Proaktif SCG. Dalam laporannya, SCG juga mengumumkan terjadinya penurunan laba perusahaan selama 9 bulan pertama 2018.

Propertiterkini.com – SCG, salah satu konglomerat terkemuka di kawasan ASEAN dengan lini bisnis utama, Cement – Building Materials, Chemicals dan Packaging mengumumkan kinerja perusahaan. Bersamaan dengan ini juga disampaikan sejumlah langkah sekaligus 6 Strategi Proaktif SCG dalam menghadapi perang dagang dan ketidakpastian ekonomi global.

Baca Juga:

Roongrote Rangsiyopash, President and CEO of SCG, mengumumkan hasil kinerja perusahaan yang belum diaudit untuk Q3/2018, dengan pendapatan yang terdaftar dari penjualan sebesar Rp54.016 miliar (US$ 3.716 juta), meningkat sebesar 9% y-o-y dan 2% q-o-q, karena pertumbuhan di semua unit bisnis.

Sementara itu, laba mencapai Rp4.176 miliar (US$ 287 juta), menurun 20% y-o-y dan 24% q-o-q terutama dari biaya penurunan nilai aset sebesar Rp736 miliar (US$ 51 juta) sesuai dengan standar akuntansi dan biaya nafta yang lebih tinggi yang melonjak seiring dengan tingginya harga minyak global. Tanpa penurunan nilai ini, SCG akan mencatat laba sebesar Rp4.913 miliar (US$ 338 juta).

Adapun hasil kinerja untuk 9 bulan pertama di 2018, pendapatan SCG yang terdaftar dari penjualan sebesar Rp156.886 miliar (US$ 11.238 juta), meningkat 7% y-o-y, disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi dari semua unit bisnis.

Baca Juga:

Laba mencapai Rp14.889 miliar (US$ 1.067 juta), mengalami penurunan sebesar 19% y-o-y, terutama dari kinerja yang menurun dalam bisnis bahan kimia dan penurunan nilai aset di Q3. Selain itu, pendapatan ekspor mencapai Rp42.531 miliar (US$ 3.047 juta), meningkat 7% y-o-y dan menyumbang 27% dari pendapatan SCG yang terkonsolidasi dari penjualan.

SCG di ASEAN

Untuk operasi SCG di ASEAN (kecuali Thailand), pendapatan dari penjualan pada Q3/2018 mencatat pertumbuhan 15% y-o-y, sebesar Rp13.623 miliar (US$ 937 juta), yang merupakan 25% dari total pendapatan SCG dari penjualan. Ini termasuk penjualan dari kedua kegiatan operasional lokal di setiap pasar ASEAN dan impor dari Thailand.

Per 30 September 2018, total aset SCG sebesar Rp271.208 miliar (US$ 18.294 juta), sedangkan total aset SCG di ASEAN (kecuali di Thailand) adalah sebesar Rp71.839 miliar (US$ 4.846 juta), yang merupakan 26% dari total konsolidasi aset SCG.

SCG di Indonesia

Di Indonesia, pendapatan SCG pada Q3/2018 dari penjualan sebesar Rp3.786 miliar (US$ 260 juta), yang meningkat sebesar 27% y-o-y terutama dari impor dari Thailand. Selama 9 bulan pertama 2018, SCG mencatat pendapatan dari penjualan di Indonesia sebesar Rp10.033 miliar (US$ 719 juta).

Baca Juga:

“Hasil kinerja SCG untuk Q3/2018 dan 9 bulan pertama tahun 2018 menunjukkan peningkatan pendapatan di semua unit bisnis,” kata Roongrote dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis (25/10/2018).

Beberapa faktor atas peningkatan pendapatan tersebut, lanjut Roongrote, karena adanya peningkatan kondisi pasar secara keseluruhan kemudian permintaan yang lebih tinggi dari semen dan bahan bangunan dari Thailand juga proyek investasi asing oleh publik dan sektor swasta.

“Permintaan pasar yang konsisten dalam bisnis bahan kimia dan kemasan, meskipun laba menurun karena bahan baku yang lebih tinggi dan biaya energi, serta perlambatan perdagangan global dan penurunan nilai aset,” tambah Roongrote.

6 Strategi

SCG menyadari dampak perang dagang terhadap bisnis secara keseluruhan dan ketidakpastian dari ekonomi global, sementara pada saat yang sama menyadari adanya potensi peluang baru.

Oleh karena itu, perusahaan telah merumuskan 6 Strategi Proaktif SCG untuk tantangan ini yang akan dilaksanakan di semua tingkatan untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan kekuatan bisnisnya.

Baca Juga:

6 Strategi Proaktif SCG tersebut, yakni: (1) Memperluas peluang ekspor sejalan dengan arus pasar global, (2) Pengelolaan biaya energi, (3) Pemanfaatan teknologi digital untuk mendorong efisiensi, (4) Fokus pada pengembangan inovasi dan juga Produk & Layanan Bernilai Tambah Tinggi (HVA), (5) Meningkatkan efisiensi modal kerja, dan (6) Mengevaluasi portofolio investasi serta biaya yang terkait.

“Kami yakin bisa memperkuat bisnis SCG di Thailand dan regional, berkat strategi jangka pendek kami. Kemudian 6 Strategi Proaktif SCG dan strategi jangka panjang yang selama ini telah membantu mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan bagi perusahaan,” pungkas Roongrote.