Soal banjir memang tak pernah surut di kawasan berpredikat elit, Kelapa Gading. Namun soal properti tetaplah fenomenal di area ini. Bahkan bagi yang percaya dengan Fengshui, kawasan yang disebut Kepala Naga akan memberikan keberuntungan bagi kegiatan bisnisnya.
Propertiterkini.com – Meski belakangan Kelapa Gading identik dengan daerah yang sering dilanda banjir, namun Kelapa Gading tetaplah kawasan elite di Jakarta yang tak pernah sepi pemburu properti. Bahkan kawasan dengan julukan “Kepala Naga” ini kian padat dan menjadi salah satu pusat aktivitas hunian dan bisnis di Ibukota Jakarta.
Sekadar melihat ke belakang, semula Kelapa Gading adalah area yang tidak diperhitungkan sama sekali. Sebuah kecamatan di Jakarta Utara yang adalah bekas rawa dan persawahan. Namun siapa sangka, sejak masuknya pengembang besar semacam PT Summarecon Agung Tbk sekitar tahun 1975, kawasan ini pun berubah drastis.
Baca Juga: Promo Properti di Summarecon: DP Rumah Setara Kopi Premium
Apalagi ditunjang dengan beroperasinya Jalan Tol Layang Wiyoto Wiyono yang menghubungkan Cawang-Tanjung Priok pada 1990. Kelapa Gading tertata menjadi lebih rapi, makin berkembang menjadi sentra bisnis dan hunian. Bahkan oleh Pemerintah Kota Jakarta Utara, daerah ini hendak dijadikan seperti di Singapura.
Perlahan dan pasti dalam pengembangannya, Kelapa Gading tumbuh dan berubah menjadi ‘kota di dalam kota’. Ini dilihat dari keberadaan hunian-hunian mewah dan kian menjamurnya ragam fasilitas dan sarana pendukung kota. Di kawasan ini juga terdapat ribuan pengusaha dengan omzet per tahun mencapai Rp25 triliun.
Ekonomi kawasan terus menggeliat dengan hadirnya sejumlah mini market dan ritel-ritel yang menempati sekira 3.500 rukan yang tersebar. Dalam ukuran yang lebih besar, juga hadir pasar swalayan dan pusat-pusat gaya hidup bertaraf internasional.
Kawasan seluas kurang lebih 1.800 hektar ini telah memiliki lima mal berukuran besar dengan luasan 500.000 m2 atau 20% dari total luas pusat perbelanjaan di seluruh Jabotabek. Kelima mal itu, yakni Kelapa Gading Trade Center, Mall Kelapa Gading, Kelapa Gading Sports Mall, Mall Artha Gading dan Mall of Indonesia (MOI).
Lebih dari itu, saat ini pun sudah lebih banyak dari 100 cabang bank nasional maupun internasional yang hadir di kawasan ini, bahkan bank-bank besar membuka kantor cabangnya hingga 8 cabang di berbagai lokasi. Hal ini menunjukkan betapa dinamika bisnis dan ekonomi berputar cepat di kawasan Utara Jakarta ini.
Kemajuan pesat tersebut tentu tidak lepas dari masuknya pengembang-pengembang properti ke wilayah Kelapa Gading. Selain Summarecon Agung sebagai ikon dan pelopornya, beberapa pengembang ternama pun akhirnya berlabuh di sini.
Diantaranya seperti PT Bangun Cipta Sarana, PT Graha Rekayasa Abadi, PT Pangestu Luhur, PT Nusa Kirana, serta PT Agung Podomoro dan Agung Sedayu. Bahkan pengembang ‘baru’ yang sedari awal membangun proyeknya di daerah Sidoarjo dan Solo, Permata Graha Land pun kepincut masuk ke kawasan elite Kelapa Gading.
Beberapa proyek properti vertikal, juga sudah tersebar di Kelapa Gading. Sebut saja, The Summit, Apartemen Wisma Gading Permai, Summerville Apartment, Sherwood Apartments, hingga Kensington Apartments & Office yang dibangun oleh Summarecon Agung. Ada pula sederet hunian vertikal lain, seperti Apartemen Kharisma, Apartemen Paladian Park yang dahulu dikenal dengan Apartemen Menara 7 Gading dan Apartemen Gading Nias Residence, serta Apartemen Grand Emerald.
Baca Juga: Jakarta Garden City Kukuh Bangun Kawasan Cakung
Ini belum termasuk rumah tapak berkelas mewah yang sudah lebih dahulu menghiasi area Kelapa Gading, seperti Summarecon Kelapa Gading hingga dalam ukuran kecil di Permata Gading Residece.
“Saat ini Summarecon sudah membangun sekitar 30.000 unit rumah, 2.850 unit apartemen dan 1.800 unit rukan di kawasan Kelapa Gading,” ujar Albert Luhur, Executive Director PT Summarecon Agung Tbk, beberapa waktu lalu.
Infrastruktur
Lepas dari persoalan banjir, kawasan Kelapa Gading saat ini bukan lagi sawah atau rawa. Kawasan ini sudah berubah menjadi sebuah kota elite di Jakarta yang menjadi magnet teramat kuat bagi properti, khususnya di Jakarta Utara. Infrastruktur pun tak kalah berkembang cepat di kawasan ini. Selain sudah terkoneksi dengan beberapa ruas tol, kini kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) pun segera beroperasi penuh dalam waktu dekat ini.
Albert, menyambut positif hadirnya infrastruktur LRT tersebut. Bahkan menurut dia, adanya transportasi massal ini justru akan semakin menaikkan pamor Kelapa Gading, imbas lancarnya transportasi dari dan menuju Kelapa Gading.
“Seperti yang kita ketahui, ada beberapa faktor yang menentukan ketertarikan konsumen akan suatu properti diantaranya kualitas, lokasi, fasilitas pendukung, dan infrastruktur. Semakin banyak aspek yang dipenuhi, maka semakin menarik properti tersebut. LRT, mengurangi kemacetan sekaligus mengurangi kadar polusi udara di kawasan ini. Selain itu akses menuju Kelapa Gading juga akan semakin dimudahkan,” kata Albert.
“Transportasi publik ini yang semakin menambah keunggulan properti di kawasan Kelapa Gading, karena kemudahan akses serta kenyamanan mobilitas yang dapat diberikannya tentu membuat kami optimis,” tambah Albert.
Progres pembangunan LRT di kawasan Kelapa Gading./ dok. tirto
Senada dikatakan Frendcis Halim, CEO Permata Graha Land, hadirnya LRT yang melintasi kawasan Kelapa Gading akan berdampak langsung semakin naiknya value dan harga properti di kawasan tersebut. “Yang pastinya akan mengurai kemacetan.
Selama ini ada sebagian orang enggan ke sana karena macet, tapi persoalan ini akan teratasi dengan adanya LRT tersebut. Dari situ dampak langsung pasti ke properti. Semakin banyak peminat dan tentunya ada kenaikan harga,” jelasnya.
Lebih jauh Albert menjelaskan, Kelapa Gading telah bermetamorfosa dari kawasan hunian favorit menjadi kawasan komersial dan pembangunan apartemen. Keberadaan LRT apalagi jika kelak terkoneksi langsung dengan beberapa pusat bisnis di Jakarta, maka kawasan Kelapa Gading akan semakin diincar.
Baca Juga: Perbedaan TOD dan TAD: TOD Harus Penuhi 8 Prinsip
Bahkan keberadaan Stasiun LRT Kelapa Gading yang berada tepat di depan Summarecon Mall Kelapa Gading (MKG), secara langsung, sebut Albert, akan terintegrasi dengan kawasan Sentra Kelapa Gading, tercakup di dalamnya pusat perbelanjaan, ruang usaha, hingga hunian.
Tidak ketinggalan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) juga akan memanfaatkan hadirnya LRT dengan membangun hunian vertikal berkonsep Transit Oriented Development (TOD). Rencananya, Jakpro akan membangun sebanyak 3.000 unit apartemen tipe 36 m2 di lahan seluas 3 hektar dari total 9,6 hektar lahan dalam area Depo LRT Kelapa Gading.
Direktur Utama Jakpro, Satya Heragandhi, mengatakan pembangunan apartemen tersebut akan dilakukan setelah ajang Asian Games 2018. “Mungkin Oktober baru bisa mulai groundbreaking, paling cepat Desember tahun ini,” katanya.
Fenomenal
Cerita soal banjir memang tak pernah surut di kawasan berpredikat elit ini. Namun soal properti tetaplah fenomenal di area ini. Bahkan bagi yang percaya dengan Fengshui, kawasan yang disebut Kepala Naga akan memberikan keberuntungan bagi kegiatan bisnisnya.
Simak saja harga properti pada 2013 lalu, dimana tanah perumahan di kawasan Kelapa Gading sudah dijual pada level harga sekitar Rp15 juta per meter persegi, sementara untuk komersial bisa mencapai Rp40 juta per meter persegi.
Namun yang fenomenal adalah ruko atau rukan yang dijual dengan harga fantastis, hingga mencapai Rp39 miliar atau sekitar Rp100 juta per meter persegi. Tingginya harga jual tersebut diakibatkan sudah tidak ada lagi lahan kosong di kawasan itu.
Sedangkan tahun 2015, sebagaimana pernah diungkapkan Direktur Summarecon Agung, Soegianto Nagaria, harga tanah kosong sudah dijual mencapai Rp45-50 juta per meter persegi.
Hal ini dikarenakan permintaan tanah di kawasan Kelapa Gading yang sangat tinggi. Di tahun yang sama, harga rumah dengan ukuran 1.000 meter persegi di Bukit Gading Villa, sudah mencapai Rp100 miliar. Sedangkan harga ruko mencapai Rp10-Rp15 miliar per unit.
Tingginya permintaan properti di Kelapa Gading juga bisa dibuktikan dengan suksesnya Summarecon menjual habis beberapa proyeknya. Sebut saja Sherwood Garden Residence yang diluncurkan pada Mei 2012, kemudian kawasan komersial Orchard Square pada Maret 2011, The Kensington Commercial pada Maret 2013, gedung perkantoran Menara Satu pada November 2010, The Kensington Office Tower pada 2016, apartemen Sherwood Residence pada Juni 2011 dan apartemen The Kensington Royal Suites pada September 2014 telah mendapat respon sangat memuaskan dari pasar.
“Jadi dapat kami simpulkan bahwa Kelapa Gading masih terus diminati serta menjadi pilihan investasi bagi banyak orang,” tegas Albert.
Saat ini Summarecon Kelapa Gading sedang memasarkan The Kensington. “The Kensington Commercial sudah habis terjual. The Kensington Royal Suites dan The Kensington Office Tower masih available dengan range harga Rp1,2-5,7 miliar,” lanjutnya.
Daniel Handojo, Associate Executive Director Century 21 mengatakan, kawasan Kelapa Gading terutama untuk properti secondary masih kuat.
“Kalau secondary pasti end user yang beli, tetapi belakangan ini ada juga investor yang masuk ke sana, karena harga kan koreksi, turun sekitar 20 persen,” katanya.
Pembangunan jalur LRT yang melintasi kawasan ini disinyalir menjadi salah satu penyebabnya. Olehkarena kemacetan yang ditimbulkan di wilayah tersebut. Namun demikian, prediksi Daniel, properti akan kembali meningkat setelah LRT rampung dan beroperasi.
“Saat ini untuk secondary di Kelapa Gading mulai dari Rp2 miliar ke atas. Kalau sewa ruko berkisar Rp200 jutaan per tahun,” tandasnya.
Fenomena untungnya bisnis properti di Kelapa Gading rupanya juga menjadi incaran Permata Graha Land (PGL). Sebagai pendatang baru dari Sidoarjo dan Solo, PGL pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut. Sebidang lahan dengan seluas 3,8 hektar yang sudah disiapkan sejak beberapa tahun silam, akhirnya digarap juga di akhir 2016 lalu.
Baca Juga: Permata Graha Land Tetap Enjoy di Tahun Politik
PGL meluncurkan proyek perdana yang diberi nama Permata Gading Residence pada April 2017. Rupanya pengembang lebih mengincar pembeli dari generasi yang lebih muda. Sudah empat klaster rumah tapak diluncurkan dengan ukuran yang lebih kecil, yakni tipe 32/28 (mezzanine) dan 38/32 (2 lantai). Harganya pun jauh di bawah harga rumah kawasan elite, yakni dijual dengan start awal mendekati Rp800 juta, dan saat ini sudah berkisar Rp900 jutaan hingga Rp1 miliaran.
“Kelapa Gading terkenal dengan propertinya yang mahal. Maka strategi kami adalah mempermudah melalui cara bayar, kemudian kami sesuaikan luas tanah dan bangunannya yang lebih menjangkau pasar luas. Sehingga penjualan kami hingga klaster Woodland ini cukup cepat, hanya tersisa beberapa unit dari 100 unit yang dibuka saat ini,” papar Frendcis.
PGL masih menyimpan potensi lahan hingga 10 hektar yang direncanakan untuk pengembangan komersial, perkantoran, juga hunian vertikal. [Pius Klobor/ Majalah Property and The City]
5 comments
Sentra Timur Residence Serahterimakan Tower Sapphire, Tahun Ini Bangun Dua Menara | Properti Terkini
[…] Baca Juga: Banjir Properti di Kepala Naga, Kelapa Gading […]
Kampung Naga Sundanese Resto Hadir di Perumahan Elite Kelapa Gading | Properti Terkini
[…] Baca Juga: Banjir Properti di Kepala Naga, Kelapa Gading […]
Jakarta Banjir, Warga Jangan Panik, Terus Anies Baswedan Ngapain? | Properti Terkini
[…] Baca Juga: Banjir Properti di Kepala Naga, Kelapa Gading […]
4 Lokasi Hunian Mewah Jakarta yang Paling Diburu Konglomerat | Properti Terkini
[…] Baca Juga: Banjir Properti di Kepala Naga, Kelapa Gading […]
Perkantoran The Kensington di Summarecon Kelapa Gading Tutup Atap | Properti Terkini
[…] Baca Juga: Banjir Properti di Kepala Naga, Kelapa Gading […]