PropertiTerkini.com, (SUMSEL) — Kebutuhan bendungan di negeri ini seperti tidak pernah terpenuhi, nyaris setiap bulan ada saja bendungan yang diresmikan, diperbaharui dan pemancangan tiang pertama. Kalau kita mengklaim sebagai negara pertanian, tentu keberadaan bendungan menjadi faktor utama untuk irigasi. Kali ini pemerintah tengah membangun Bendungan Tiga Dihaji di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), sebagai salah satu upaya untuk memenuhi target Visium Tahun 2030 yakni rasio tampungan air terhadap jumlah penduduk bisa mencapai sebesar 120 meter kubik per kapita per tahun.
Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, potensi air di Indonesia cukup tinggi sebesar 2,7 triliun m3/tahun. Dari volume tersebut, air yang bisa dimanfaatkan sebesar 691 miliar m3/tahun, dengan sekitar 222 miliar m3/tahun dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan rumah tangga, peternakan, perikanan dan irigasi.
Baca Juga: Bendungan Sukamahi dan Ciawi Pasang Target Selesai di 2021
“Namun dengan potensi tersebut keberadaannya tidak merata, sehingga kita membutuhkan tampungan-tampungan air baru. Pada musim hujan air akan ditampung dalam bendungan dan akan dimanfaatkan pada musim kemarau. Itulah gunanya bendungan dan embung atau setu untuk menambah tampungan air,” ujar Basuki.
Bendungan Tiga Dihaji sebagai bendungan pertama di Sumatera Selatan akan menambah kapasitas Daerah Irigasi (D.I) Komering untuk lahan pertanian seluas 18.219 hektar. Dengan begitu, hasil pertanian dari Provinsi Sumsel akan terus terjaga sepanjang tahun, karena mendapat aliran air yang baik dari bendungan ini.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VIII Ditjen SDA Kementerian PUPR Birendrajana mengatakan, salah satu tujuan utama pembangunan Bendungan Tiga Dihaji untuk menjaga kestabilan suplai air D.I Komering di saat musim kemarau yang selama ini hanya mengandalkan Sungai Komering.
Baca Juga: Lebih Cepat dari Biasa, Rumah New Shinano Kembali Diserahterimakan
“Tantangan yang dihadapi dalam pengaturan irigasi pada musim kemarau, debit air sungai komering yang masuk ke saluran irigasi sangat kecil. Sementara pada musim hujan elevasi sungai komering naik mengakibatkan debit air sungai komering yang masuk ke saluran relatif cukup besar dan membawa cukup banyak kandungan lumpur yang mengendap di saluran,” ujar Birendrajana.
D.I Komering memiliki potensi mengairi lahan seluas 124.000 hektar, dan hingga saat ini baru dapat mengairi lahan irigasi sekitar 70 ribu hektar, sedangkan sisanya sekitar 50 ribu hektar belum dioptimalkan, direncanakan bertambah sekitar 18.219 hektar dari Bendungan Tiga Dihaji dan akan dilengkapi dengan pembangunan Bendungan Saka di Kabupaten Oku Selatan yang rencananya juga akan dimulai.
Selain untuk irigasi, Bendungan Tiga Dihaji juga diperuntukkan untuk konservasi sumber daya air, pengendalian banjir, pemenuhan kebutuhan air baku sebesar 0,30 m3/detik, pembangkit listrik sebesar 4×10 MW, dan sarana pariwisata serta olahraga. Saat ini progres konstruksi bendungan dengan kapasitas tampung sebesar 104 juta m3 tersebut sebesar 22,5 persen.
Baca Juga: Diperpanjang! Beli Rumah Bebas PPN Hingga Akhir 2021
Pekerjaan pembangunan Bendungan Tiga Dihaji di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas 4 paket yakni Paket 1 senilai Rp1,07 triliun dengan kontraktor PT Hutama Karya (Persero) dan PT Basuki Rahmanta Putra.
Paket 2 senilai Rp1,34 triliun, dikerjakan oleh PT Waskita Karya (Persero), PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk, dan PT SAC Nusantara.
Paket 3 dengan nilai kontrak Rp629,94 miliar, oleh PT Nindya Karya dan PT Taruna Putra Pertiwi. Paket 4 dengan nilai Rp690,71 miliar oleh PT Wijaya Karya dan PT Rudy Jaya.
Selain Bendungan Tiga Dihaji, di Provinsi Sumsel Kementerian PUPR juga akan membangun Jaringan Irigasi D.I. Lematang sepanjang 34,4 km untuk 3.000 hektar area irigasi, rencana lelang akhir Agustus dan kontrak September 2021dengan alokasi anggaran Rp619,6 miliar pada 2021 – 2023.
Baca Juga: Jemput Bola Demi Program Sejuta Rumah
Adapun untuk Jaringan Irigasi D.I. Lempuing (Komering Irrigation Project Stage – III) akan dibangun sepanjang 73,41 km untuk mengiri 8.500 hektar, dengan alokasi biaya Rp1,49 triliun untuk masa pelaksanaan 2022 – 2025, saat ini tengah dilakukan review desain dengan rencana pendanaan loan JICA.