PropertiTerkini.com, (JAKARTA) – CitraLand Surabaya telah tumbuh menjadi kota mandiri dan modern di barat Surabaya. Siapa sangka, tanah kering dan tandus itu telah berkembang pesat sejak mulai digarap Ciputra Group pada 1993 silam.
CitraLand Surabaya adalah proyek perdana Ciputra Group di Jawa Timur yang dikembangkan sebagai kota modern, bersih mengikuti Kota Singapura yang sejak 2005 mulai disebut sebagai “The Singapore of Surabaya”.
Baca Juga: Pasar Properti Surabaya: Lifestyle Belum Siap, Developer Terlalu Optimis
Kota mandiri ini terus berkembang cepat, mulai dari rumah-rumah tapak, bahkan kini telah dikembangkan hunian vertikal dengan ragam fasilitas modern dalam kawasan seluas 2.500 hektar tersebut (terbagi dua, CitraLand Surabaya Barat 1.500 ha dan CitraLand Utara di Gresik 1.000 hektar).
“Tahun 1995 kami jual rumah 100 jutaan dengan ukuran tanah 90 m2. Tipe seperti ini, kalau dijual saat ini sudah di atas Rp1 miliaran,” ujar Sutoto Yakobus, Senior Director PT Ciputra Development Tbk di ruang kerjanya, jelang akhir Agustus 2019 lalu.
Kini, sudah tak ada lagi hunian tapak yang dijual di bawah Rp1 miliar di dalam kawasan CitraLand Surabaya Barat. Adapun apartemen dalam kawasan superblok CitraLand CBD, untuk Tower Cornell dan Denver akan topping off di Oktober tahun ini, serah terima mulai dijadwalkan Mei, Juni tahun 2020.
“Jadi apartemen ini merupakan bagian dari future CitraLand CBD, sebuah superblok seluas 35 hektar yang menggabungkan office, business park, residential, commercial, retail, leisure, education dan community facilities. Untuk lifestyle mall dalam kawasan ini akan operasional di akhir 2021,” sambung Sianne Wahjoeni, Department Head Marketing & Sales dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga: Four Points by Sheraton Surabaya, Hotel Baru yang Terhubung Dengan Mall
Kedua apartemen yang bersebelahan dengan Universitas Ciputra (UC) tersebut melengkapi satu tower yang sudah ada sebelumnya, yakni Tower Barkeley yang sudah sold out dan sudah dihuni. Rata-rata penghuni adalah mahasiswa di kampus UC. Sedangkan UC yang sudah berdiri sekitar 10 tahun menampung sekitar 5.000 mahasiswa.
Adapun apartemen tersebut dijual nyaris Rp500 juta. Seperti di Denver jual mulai Rp484 juta cash. Harga KPA sekitar Rp600 jutaan atau dengan cicilan sekitar Rp4 jutaan. Untuk tipe 2 bedroom dijual sekitar Rp900 jutaan.
Ciputra juga memasarkan unit retail persis di bawah apartemen Cornell dan Denver hanya 19 unit. Ada 13 unit di Denver dan 6 unit di Cornell. Harga retail paling murah sekitar Rp700 jutaan. “Peminatnya besar sekali, saking banyaknya maka kami undi,” ujar Sianne.
Lebih lengkap, berikut hasil wawancara dengan Sutoto Yakobus terkait potensi dan ceruk pasar properti Surabaya hingga progress pengembangan CitraLand Surabaya, kota mandiri yang kini berpenduduk 3.500 kepala keluarga dengan unit penjualan mencapai 10.300-an.
Bagaimana Anda melihat kondisi properti Surabaya saat ini dan potensi ke depannya?
Memang beberapa jenis properti kurang bagus. Tapi tidak semuanya jelek. Selalu ada ceruk-ceruk yang masih bisa kita temukan untuk masuk ke sana, dan ini tugas kita harus menemukan ceruk tersebut. Kalau kondisi secara umum lagi kurang begitu prima, tentunya produk yang lebih superior akan lebih laku daripada yang biasa-biasa. Kalau booming justru kurang bagus, karena properti yang aneh-aneh pun pasti laku. Tapi kalau seperti saat ini, lagi kurang prima, justru yang paling bagus, mereka lebih selektif memilih properti.
Baca Juga: Kondominium Graha Golf Surabaya Mulai Diserahterimakan
Tapi kalau kita lihat secara umum, pendukung/instrumen properti ini kan sangat bagus. Bunga rendah, inflasi rendah, politiknya cukup stabil. Memang secara ekonomi umum kurang begitu hebat, pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5%, juga ada masalah pajak yang saya dengar banyak orang masih takut, sehingga buat orang lebih berhati-hati.
Tadi Anda katakan bahwa ada ceruk pasar yang bagus dan kurang bagus, bisa lebih jelas soal ini?
Saya contohkan di sini, kalau CitraLand jual ruko apalagi di lokasi yang strategis, pasti langsung habis terus bahkan jadi rebutan. Seperti belum lama ini, jual ruko komersial hanya 19 unit, yang antri sampai 70-an, akhirnya diundi. Jadi memang komersial masih bagus, asal ada prospek yang menjanjikan. Ada suatu kelebihan dari segi produknya.
Nah, kalau soal apartemen, memang di Surabaya agak kelebihan. Karena semua orang melihat bahwa inilah produk yang gampang dibangun. Tanah Cuma 2.000 m2 jadi apartemen. Memang apartemen tertentu masih bisa jualan, seperti dalam CBD atau superblok. Seperti punya Ciputra, Pakuwon atau PP, masih jalan. Apartemen kami dalam CBD dekat Universitas Ciputra (UC) sini juga masih oke. Kalau apartemen yang berdiri sendiri memang berat, karena sudah kebanyakan.
Kalau landed house terutama di bawah Rp1 miliar di Surabaya ini memang masih banyak peminatnya dan sedikit pemainnya. Ini juga karena tidak banyak pengembang yang punya lokasi cukup dan oke untuk bermain di segmen tersebut. Sekarang memang kalau murah pasti jauh ke luar kota. Jadi memang kita harus bisa melihat ceruk-ceruk pasar yang bisa kita jualan. Konsumen juga melihat bahwa properti di lokasi ini punya prospek bagus untuk bisa berkembang.
Baca Juga: Intiland Surabaya, Kuat Karena Punya Konsep yang Beda
Beberapa pengembang terpaksa mengubah ukuran rumah yang dijual untuk bisa masuk ke ceruk pasar gemuk tersebut. Apakah Ciputra juga melakukan hal yang sama?
Kami juga lakukan hal yang sama. Karena kami juga melihat bahwa ceruk itu yang ada saat ini. Jadi di lokasi tertentu kami bikin yang kecil-kecil. Tapi kalau di CitraLand Surabaya ini tidak ada, adanya di daerah kami yang pengembangan baru. Di sana kami bangun yang kecil-kecil, yang luas tanahnya cuma 60 m2, 70 m2, supaya kami bisa jualan di bahwa Rp1 miliar.
Kalau Anda mengamati tren saat ini, apakah lebih banyak orang masih ingin tinggal di rumah tapak atau sudah ke apartemen?
Saya melihat mungkin masih lebih banyak orang yang ingin tinggal dalam rumah. Tapi apartemen juga sudah jauh lebih bagus, sudah growing dengan semakin banyak peminatnya. Memang Surabaya ini tidak semacet Jakarta, sehingga kalaupun tinggal jauh dari kota/tempat kerja pun traveling time-nya masih manusiawilah. Tapi memang sekarang sudah growing. Seperti yang saya lihat di Ciputra World, sudah banyak keluarga yang tinggal di sana. Tentunya mereka inginkan kepraktisan.
Untuk apartemen, tren sekarang apakah lebih banyak pembeli yang mau tinggal atau berinvestasi?
Saya melihat masih seimbang, tapi tergantung segmennya juga. Kalau segmen tertentu memang lebih banyak investornya, juga sebaliknya. Kalau seperti yang kami bangun di Ciputra World memang seimbang antara investor dan end user. Kebanyakan yang sewa di sana adalah ekspatriat. Dibandingkan ekspatriat di Jakarta, di sini budget mereka lebih kecil. Kalau di Surabaya setahun paling budget mereka sekitar Rp100-250 juta/tahun. Kalau yang beli apartemen dalam kawasan ini, dekat kampus UC, tentu lebih banyak investornya karena mereka sewakan ke mahasiswa, kurang lebih 70%.
Bagaimana dengan potensi keuntungan bagi para investor yang berinvestasi di apartemen tersebut?
Saya melihat sekarang antara 4-5% per tahun. Kalau dulu memang dapat lebih banyak bisa lebih dari 7-8%. Saya kan juga punya unit di Ciputra World. Dulu saya beli sekitar Rp1,5 miliar, saya bisa sewakan sekitar Rp200 juta/tahun. Jadi lumayan banyak. Tapi kalau sekarang agak turun karena sudah banyak suplainya juga.
Baca Juga: Ciputra World Surabaya Pasarkan Sky Residence
Bagaimana Anda melihat potensi properti di Kota Surabaya dari segi pengembangan infrastruktur?
Pengembangan infrastruktur dalam Kota Surabaya ada beberapa, kalau jalan-jalan baru memang tidak terlalu banyak. Ada jalan lingkar luar barat (JLLB) dan jalan lingkar luar timur (JLLT), juga middle east ring road atau jalan lingkar dalam timur Surabaya. JLLB ini juga dikebut Bu Risma (Walikota Surabaya-red), ditargetkan tahun 2020 selesai. Selain itu juga ada pengembangan dan perbaikan infrastruktur yang sudah ada. Termasuk perbaikan drainase. Keberadaan infrastruktur ini juga membuat Kota Surabaya lebih nyaman dan orang semakin suka tinggal di sini.
Ini tentu positif sekali untuk bisnis properti. Akan semakin banyak orang beli rumah di Surabaya. Dan supplay semakin banyak sehingga harga menjadi lebih terjangkau.
Surabaya juga menjadi hub Indonesia Timur. Bagaimana dengan potensi ini?
Orientasi banyak orang perantau dari Timur, kalau sudah sukses mereka akan tinggal di Surabaya. Banyak juga mahasiswa di Surabaya yang berasal dari timur. Jadi Surabaya menjadi tujuan untuk urusan pendidikan, bisnis, pekerjaan, juga kesehatan.
Beberapa lokasi di Jakarta menjual properti dengan harga sangat tinggi sehingga peluang naik semakin kecil bahkan pasar cenderung jenuh. Bagaimana dengan kondisi di Surabaya?
Ini hanya ego hukum pasar saja. Prinsipnya developer bangun sesuatu yang bisa dijual. Harga properti di Surabaya memang cenderung naik terus. Kalau secara ukuran memang semakin kecil. Kenapa harga meningkat banyak, karena faktor inflasi juga. Harga tanah juga naik banyak.
Berapa harga tanah saat ini?
Kalau dahulu memang banyak masyarakat yang belum paham soal harga tanah. Saat ini dunia semakin terbuka sehingga mereka juga tahu potensi ke depan seperti apa. Misalkan mereka tahu kalau CitraLand jual tanah Rp10 juta/m2, maka harga tanah di sekitar proyek juga mereka naikkan jadi Rp5 juta/m2. Kan sederhananya begitu. Kenaikannya tanah di dalam kawasan ini bisa naik 10% lebih per tahun. Kalau di luar area pengembangan cenderung stabil, naik tapi sedikit untuk lahan yang tidak disentuh pengembangan. Jadi harga tanah tergantung lokasi maupun potensi.
Dahulu memang kami menjual lot-lot komersial. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Kami menjual lot kecil untuk retail/ruko Rp30 juta/m2. Kalau tanah komersial di Surabaya yang saya dengar, terakhir mencapai Rp55 juta/m2, ini tertinggi yang pernah saya dengar. Kalau harga tanah sampai Rp100 juta/m2 di Surabaya memang sudah tidak wajar, ini karena harga orang butuh. Pernah ada sebuah hotel yang kepepet karena kurang area parkir. Dia beli lahan di sebelahnya dengan harga Rp80 juta/m2. Ini karena terdesak. Tapi ini tidak bisa dijadikan patokan karena harga orang butuh. Kalau harga Rp55 jutaan seperti di Mayjen Sungkono yang saya dengar tadi memang masih termasuk wajarlah.
Kalau dipetakan, apakah hanya Surabaya Barat saja yang punya potensi besar untuk pengembangan properti?
Kalau dilihat dari lahannya, memang yang kosong selain di barat ada juga di utara. Kalau timur praktis sudah habis. Kalau selatan nyambung dengan Sidoarjo. Jadi sebenarnya juga sudah habis, adanya di wilayah Sidoarjo. Kalau utara memang masih ada tambal-tambal sampai dengan Gelora Bung Tomo. Tapi peruntukannya banyak untuk industri. Barat ini juga sebenarnya sebentar lagi sudah habis, karena ke sana lagi sudah masuk wilayah Gresik. Termasuk lahan CitraLand ini kan 1.000-nya ada di Gresik, 1.500 ha di Surabaya Barat. – kalau di wilayah Gresik masih banyak tanah. Dan banyak tawarkan ke kami tapi kami belum mau tambah lagi.
Baca Juga: Properti Surabaya Dulu dan Sekarang, hingga Nasihat Sinarto Dharmawan Bagi Generasi Muda
Daerahnya termasuk di sini dan Gresik awalnya tandus, air susah, sehingga orang tidak mau tinggal. Makanya kami beli pun gampang. Tapi sekarang kami kembangkan menjadi kawasan hijau yang nyaman untuk orang tinggal, bekerja dan aktivitas lainnya.
Dari sisi lain, apa saja yang masih menjadi tantangan pengembangan bisnis properti di Surabaya?
Ada sisi positif Surabaya tetapi menjadi tantangan. Surabaya ini kotanya sangat bagus. Penataan kota saat ini bagus sekali. Ini juga menjadi tantangan kami pengembang untuk juga membangun kota kami sendiri menjadi lebih bagus.
Pengembangan CitraLand Surabaya sejak 1993. Bisa digambarkan sejak awal hingga perkembangan saat ini?
CitraLand ini termasuk proyek awal-awal dari Grup Ciputra dan ini juga menjadi proyek pertama Ciputra di Surabaya. Kalau saat ini sudah sekitar 8 proyek Ciputra di Surabaya dan sekitarnya. Pertama kali yang kami bangun adalah Bukit Golf dan lapangan golf. Dulu di sini istilahnya KDB rendah, sehingga kami buatkan dulu lapangan golf dan kapling besar-besar. Dulu aksesnya ke sini bentul-betul lewat kampung. Jalan-jalan di sekitar sini belum ada, kami termasuk yang merintis pembangunannya. Termasuk jalan yang lewat UNESA juga belum ada jalan. Ada beberapa jalan kecil kami lebarkan, dan juga rintis jalan baru. Ini perjuangannya sangat luar biasa, tahap demi tahap pembangunannya.
Tetapi Ir. Ciputra sudah punya gambaran yang amat jauh terhadap pengembangan Kota Surabaya hingga tumbuhnya kota baru di sini, daerah yang dulunya sama sekali tidak diperhitungkan?
Memang pak Ci (Ir. Ciputra–red) punya kelebihan di sini. Dan sebenarnya untuk pengembangan wilayah ini juga kan ramai-ramai dengan pengembang lain, seperti Pakuwon, Intiland, dan lainnya. Seperti Pakuwon dapat 400 ha, Intiland 200 ha, dan Ciputra 1000 ha tapi paling belakang.
CitraLand Surabaya punya konsep sebagai kota Singapura atau dengan tagline The Singapore of Surabaya, apa yang diaplikasikan di sini?
Pada awal tahun 2000-an, saat semakin banyak orang datang, beberapa area mulai dikembangkan dengan nuansa dan gaya Eropa. Saya kemudian berpikir, kita juga mesti punya satu tagline tetapi sekaligus harus menjadi standar. Daripada jauh, kami melihat bahwa Singapura berkembang pesat dan maju. Kotanya terkenal bersih, hijau dan modern. Sehingga kami ingin membuat contoh kota Singapura di Surabaya ini. Tagline ini kami launching 2005 bersamaan dengan tembusan akses masuk kawasan melalui UNESA. Kampanye awal kami adalah bersih, hijau, modern. Setelah ini berhasil lalu kami buatkan G-Walk. Di Singapura juga banyak kehidupan outdoor, sehingga pertama yang hidup ya di G-Walk ini.
Dari masterplan yang ada, berapa tahap pengembangan CitraLand ini?
Awalnya kami punya masterplan 1.000 ha, baru terakhir ini kami bikin yang 500 sama 1.000 ha lagi sehingga secara masterplan menjadi 2.500 ha. Kalau dari tahap pembangunannya, pertama kali adalah cluster golf sama Bukit Golf. Kemudian cluster pertama di luar ini adalah International Village, ini adalah perumahan pertama yang kami bikin. Kenapa kami berikan nama International Village, karena di situ sudah ada international school. Setelah itu terus berkembang dengan cluster-cluster rumah lainnya.
Baca Juga: MALANG RAYA: Properti Melenggang Semakin Kencang
Bagaimana dengan penjualan cluster pertama tersebut?
Ramai sekali. Harganya sekitar tidak mencapai Rp100 juta, tahun 1995. Ukuran rumahnya ada yang tanah 90 m2. Ukuran seperti ini, kalau dijual saat ini sudah di atas Rp1 miliaran. Tapi memang jalan dalamnya juga tidak sebesar di cluster baru. Dulu ukuran jalan 8 m sudah oke, kalau sekarang jalan dalam cluster minimal 10 m. Saya tahun 1994 bergabung di Sini. Saat itu di sini belum jadi apa-apa.
Kapan pencapaian penjualan tertinggi yang terjadi di proyek CitraLand ini?
Kalau dibandingkan dengan dulu memang agak susah, karena nilai uangnya pun berbeda, harga rumahnya pun jauh berbeda. Dulu di bahwa tahun 2000 pernah mencapai Rp650 miliaran, tapi memang kalau dibandingkan sekarang tentu nilainya lebih besar.
Tetapi secara nominal, pencapaian tertinggi kami sekitar tahun 2016 pernah hampir mencapai Rp2 triliun.
Dalam setahun terakhir ini, produk apa saja yang dipasarkan dalam kawasan CitraLand ini?
Pemasaran rumah di klaster-klaster baru juga eksisting terus kami lakukan. Seperti di Oakwood Park (paling murah Rp1,6 miliaran, tapi tanahnya kecil 90 m2, bangunannya 74 m2, dua lantai) dan Buona Vista (mulai Rp2,9 miliaran. Luas tanah 135 dan bangunan 158). CitraLand sudah tidak jual rumah 1 lantai. Ada juga di Taman Puspa Raya (jumlah terbatas) mulai Rp1,6 miliar. Paling mahal di Stonegate Park dan Waterfront yang hanya selangka ke CitraLand CBD. Harganya mulai Rp6-8 miliaran.
Di wilayah barat ini saja begitu banyak pengembang, bahkan beberapa pengembang besar saling berdempetan. Bagaimana strategi Ciputra agar bisa menarik bagi pasar properti?
Kami punya fasilitas lengkap, dan kami terus membangun dengan lahan yang masih luas. Kemudian pengelolaan kawasan yang bersih, hijau, sehingga nyaman dan menyenangkan. Di sini sudah banyak sekali komunitas, mulai dari sepeda, senam, dan lainnya. Di sini ada pasar, kuliner, café dan lainnya. Sehingga di sini sangat lengkap dan terus kami lengkapi. Kami juga sementara siapkan pembangunan RS Ciputra. Kalau pendidikan sangat banyak dalam kawasan ini, mulai dari tingkat bawah hingga perguruan tinggi. Beberapa kantor pemerintah ada di sini, seperti BPN Surabaya, konsulat Amerika juga di sini.
Apakah cukup bagus okupansi mall dan hotel, seperti di Ciputra World?
Okupansinya masih bagus. Hanya memang sekarang agak terganggu karena lagi konstruksi perluasan. Kalau dulu luas mal kami 58.000 m2 (leasable), sekarang ditambah extension ini menjadi sekitar 95.000 m2. Dengan adanya pengembangan ini sehingga ada beberapa toko yang harus ditutup. Kalau di CW ini kan ada hotel, apartemen, Soho dan office.
Yang baru jualan beberapa waktu lalu adalah apartemen yang berada di lantai paling atasnya Soho. Di lima lantai teratas sudah kami bangun namun belum dijual. Ternyata permintaan apartemen banyak, stok habis, sementara soho masih ada. Daripada bangun tower lagi, mendingan kita convert ke apartemen. Ini termasuk murah, 2 BR sekitar Rp1,7 miliaran.
Tadi Anda menyampaikan jika ada sekitar 8 proyek Ciputra di Surabaya, apa saja proyek-proyek tersebut?
Ada sekitar 8 proyek. Seperti CitraLand Surabaya, Citra Land Green Lake, The Taman Dayu Pasuruan, Ciputra World, CitraGarden Sidoarjo, Citra Harmoni Sidoarjo, Citraland Vittorio Surabaya, dan CitraLand Driyorejo Gresik.
Apakah Anda bawahi semua proyek yang ada di Jawa Timur?
Saya di sini seperti kepala cabang. Mestinya proyek di wilayah Ambon, Denpasar, Jogja, Semarang, masuk di sini. Mereka berinduk ke Surabaya, tapi barusan tahun ini kita oper ke Jakarta.
Sejak kapan Anda bergabung dengan Ciputra Group?
Sejak 1989. Saat itu proyek pak Ci baru satu di Citra Garden, Cengkareng. Saya masuk sebagai marketing manager Citra Garden. Yang launching Citra Garden 2 masih saya di akhir 1989. Saya masuk saat Citra 2 akan baru mulai. Tapi saya tidak lama di sana. Tahun 1990 saya ditarik kantor pusat pegang proyek Semarang untuk mall dan hotel. Sehingga saya mondar mandir Jakarta-Semarang. Saya di Semarang sampai mall buka tahun 1993 akhir. Tahun 1994 saya pindah ke Surabaya. Dan sudah 25 tahun di Surabaya. Kota yang saya paling lama tinggal dibandingkan dengan kota kelahiran saya di Semarang.
Saya termasuk paling senior di sini. Usia saya sudah 58 tahun.
Apakah sebelum ke Ciputra Group, Anda juga pernah bekerja di perusahaan pengembang lainnya?
Tidak pernah. Saya lulusan Teknik Sipil, kemudian sekolah bisnis di IPPM di Jakarta. Dulu saya pernah kerja di perusahaan kontraktor, sejak kuliah. Setelah itu bekerja di perusahaan elektronik Tensindo di Semarang. Nah, setelah itu baru pindah ke Ciputra Group.
Setelah sekian lama menggeluti sektor properti, apa sesungguhnya yang paling dinikmati?
Bekerja di properti, hasil kerjanya kelihatan yang kelak bisa kita ceritakan kepada anak cucu kita. Berikutnya juga bidang ini langsung menyentuh kepada hajat hidup orang banyak. Kita akan merasa sangat puas dan tenang ketika hasil kerja kita diapresiasi, banyak orang merasa puas dan nyaman tinggal di rumah atau properti yang kita bangun.
Apakah mungkin kelak Anda juga akan terjun menjalankan proyek sendiri menjadi developer properti?
Mungkin nanti kalau pensiun. Sebenarnya memang banyak godaan akan hal ini. Sering kali ditawarkan begitu, tapi saya tetap fokus menjalankan tugas dan tanggung jawab saya di sini.
Baca Juga: Keren, Penataan Kalimalang Seperti Sungai di Korea
Apa obsesi terbesar Anda yang hendak dilakukan sebelum pensiun dari sini?
Tentunya kita ingin agar team ini tetap berjalan dengan baik, karena apa yang kita rintis ini masih panjang. Kita ciptakan sistem kerja yang baik. Sehingga bisa ditularkan kepada penerus-penerus kita. Baik keterampilan kerjanya, etos kerjanya, kita harus tularkan.
Saat ini sudah berapa KK yang tinggal di CitraLand Surabaya?
Sudah sekitar 3.500 KK. Kalau rumah terjual sekitar 10.300-an unit.
Ada rencana proyek baru Ciputra di Jawa Timur ini?
Ada, Kedamean Gresik, dekat pintu tol.