PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Pandemi Covid-19 masih merupakan periode yang menantang bagi sebagian besar pasar properti Jabodetabek, hingga di 3Q 2021. Namun demikian, beberapa sub sektor properti terbukti tangguh di tengah pandemi ini.
“Beberapa sub sektor properti mamang cukup tangguh, khususnya logistik, pusat data atau data centre, dan rumah tapak. Ketiga sektor ini berpotensi untuk terus menjadi daya tarik bagi investor lokal dan asing,” kata James Allan, Country Head JLL dalam keterangannya.
Baca Juga: Pesatnya Industri E-commerce Kerek Naik Bisnis Pergudangan
Lebi rinci diuraikan, bahwa menurut data JLL di triwulan ini tidak ada gedung perkantoran yang selesai dibangun, baik di kawasan CBD maupun di luar CBD.
“Tingkat hunian untuk gedung perkantoran di kawasan CBD juga masih tertekan di angka 72%, sedangkan di kawasan luar CBD berkisar di angka 74%,” ujar Yunus Karim, Head of Research JLL.
Angela Wibawa, Head of Office Leasing JLL menambahkan, aktivitas di triwulan ini mulai terlihat sedikit mengalami peningkatan, namun harga sewa masih tertekan.
Sebagai bagian dari upaya meminimalkan biaya, kata dia, perusahaan-perusahaan mempertimbangkan ruang perkantoran yang siap-huni (fitted-out space) untuk melakukan relokasi.
“Selain itu, tren pengurangan luas ruang perkantoran juga masih terjadi. Secara umum, tingkat hunian gedung perkantoran Grade A masih tertekan di angka 66%,” katanya.
Pusat Perbelanjaan
Yunus melanjutkan, aktivitas di pasar pusat perbelanjaan pada triwulan ini juga masih terlihat terbatas.
Beberapa penyewa baru membuka toko mereka segera setelah pusat perbelanjaan diperbolehkan untuk beroperasi kembali.
Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Perumahan, Ekosistem Industri Properti Perlu Dibenahi
Aktivitas ini terutama didorong oleh penyewa makanan dan minuman diikuti oleh peritel peralatan rumah tangga.
“Tingkat hunian pusat perbelanjaan relatif stabil berada di angka 87% mengingat tidak adanya pasokan baru yang beroperasi di triwulan ini,” katanya.
Kondominium
Memasuki triwulan ketiga, penjualan kondominium di Jakarta juga masih menunjukkan tren pelemahan yang sama sejak awal pandemi.
Menurut Yunus, melemahnya permintaan disebabkan pembeli yang masih berhati-hati dan melakukan wait-and-see.
“Para pengembang juga belum aktif meluncurkan produk baru dan masih berupaya meningkatkan penjualan terhadap proyek eksisting dengan menawarkan kemudahan cara bayar dan berbagai promosi lainnya,” terangnya.
Baca Juga: KADIN Didorong Lebih Aktif Bangun Rumah Untuk MBR
Meski demikian, sambung Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL, beberapa pengembang terpantau masih meluncurkan kondominium baru di Bodetabek, khususnya di kawasan Tangerang dan Bekasi dengan total sebanyak sekitar 3.000 unit.
“Beberapa proyek merupakan fase selanjutnya dari pengembangan yang telah dimulai. Proyek yang lokasinya berdekatan dengan kawasan campuran (mixed-use development) dan fasilitas transportasi publik pada umumnya mendapatkan respon yang cukup baik dari pembeli,” ungkapnya.
Gudang Modern Tetap Sehat
Farazia Basarah, Head of Industrial JLL menerangkan, permintaan positif didominasi oleh penyedia jasa logistik yang terus berekspansi dengan menyewa ruang gudang di area Jabodetabek.
Selain itu, kata dia, perusahaan e-commerce, khususnya start-up yang bertumbuh pesat saat ini cenderung mencari ruang gudang yang berlokasi dekat dengan pusat kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya, seperti Surabaya, Semarang, dan Bandung.
“Permintaan yang sehat ini membuat tingkat hunian ruang gudang modern di Jabodetabek cukup stabil di angka 93%,” ujarnya.
Baca Juga: Garap Proyek Apartemen 45 Antasari, INPP Pastikan Tower I Segera Dibangun
Selain sebagai penyimpanan, fungsi ruang gudang juga beragam, antara lain menjadi pusat distribusi, ruang transit barang, ruang penyimpanan bersuhu dingin atau menjadi pusat data yang terus menjadi daya tarik bagi para investor dan pelaku bisnis, baik lokal maupun internasional.