Dahulu, perempuan dianggap tabu ketika mengerjakan pekerjaan yang identik dilakukan kaum pria. Tapi kini, itu menjadi hal biasa, sebab semua bidang sudah melibatkan para perempuan tangguh, wanita hebat yang melakukannya.

Sebagaimana deret perempuan hebat yang bakal mengoperasikan lalu-lalangnya MRT (mass rapid transit) di Jakarta.

Bahkan emansipasi perempuan dalam dunia perkeretaapian Indonesia, khususnya MRT Jakarta adalah pertama kali dalam sejarah.

Dikutip dari akun instagram mrtjkt, MRT Jakarta telah merekrut 6 perempuan untuk menjadi masinis. Siapa mereka dan bagaimana ceritanya?

Berikut tiga wanita tangguh, Kartini MRT Jakarta yang nantinya siap melayani Anda para penumpang, pengguna jasa MRT di Jakarta:

 

Tiara Alincia Fitri

Perempuan muda, 21 tahun yang merupakan lulusan dari Akademi Perkeretaapian (API) Madiun. Ketika melamar ke MRT Jakarta, Tiara mencantumkan posisi yang diinginkannya, yakni sebagai staf stasiun. Ternyata kemudian Tiara diterima bekerja untuk posisi sebagai masinis.

“Dulu memang saya belajarnya menyeluruh, dari sistem dan infrastruktur perkeretaapian, termasuk sistem operasi, rel, persinyalan, dan sarana keretanya,” kata Tiara.

Meskipun awalnya sempat grogi, namun Tiara tetap yakin bahwa dia bisa melakukannya.

“Kalau dari MRT Jakarta saja percaya ke saya, maka saya harus percaya juga bahwa saya mampu. Apalagi dengan pembekalan yang sama dengan calon masinis laki-laki, dan melihat negara-negara masinis perempuan tetap profesional, maka saya optimis bisa,” ujarnya.

“Pesan saya ke calon penumpang, selain menjaga agar kereta kita bersih dan terawat, juga jangan takut jika kereta Anda dikemudikan perempuan,” katanya.

Nidya Laras

Masinis memang sudah menjadi incaran wanita 22 tahun, lulusan Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Bekasi ini. Datang mendaftar ke MRT Jakarta, Nidya pun diterima menjadi masinis.

Hebatnya, Nidya adalah satu-satunya yang diterima dari 6 orang seangkatan sekolahnya juga satu-satunya yang lulus dari sekian banyak peserta yang ikut mendaftar. “Padahal yang daftar banyak sekali,” katanya.

“Dengan menjadi masinis, saya memang harus belajar lagi. Tapi tidak apa, saya menikmati prosesnya. Sekarang saya sudah menyelesaikan diklat di API Madiun yang dilanjutkan dengan diklat termasuk praktek di Ampang Line Malaysia,” sambung Nidya.

Menurut dia, tantangan terbesar menjadi masinis perempuan saat ini adalah mengubah mindset. Katanya, masih banyak masyarakat yang seringkali menganggap bahwa masinis layaknya harus laki-laki, bukan perempuan.

“Padahal di negara lain sudah sangat jamak ada masinis perempuan. Masinis perempuan tetap dibekali profesionalisme dan tanggung jawab yang sama dengan masinis laki-laki. Kami berharap masyarakat bisa mengubah mindset dan tetap percaya pada kami,” tegasnya.

Indri Yulia Erlanita

Dia berasal dari Lampung, usianya baru 23 tahun. Wanita muda ini juga merupakan salah satu lulusan dari Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Bekasi.

Bekerja di bidang transportasi darat memang menjadi incaran Indri. Menurut dia, transportasi yang baik adalah yang mampu membawa banyak orang.

“Saya pernah baca seperti itu. Dan di negara-negara lain, transportasi yang jamak adalah yang berbasis rel atau kereta api, meski saat itu di Indonesia belum. Tetapi saya percaya bahwa Indonesia juga arahnya ke sana. Karena itu saya sekolah di sekolah perkeretapian,” ungkap Indri.

Sebelumnya memang Indri tak pernah membayangkan jika kelak dia akan bekerja sebagai masinis. “Apalagi di Indonesia kan belum ada masinis perempuan,” imbuhnya.

Bahkan setelah lulus, Indri justru sempat masuk ke regulator. Hingga akhirnya suatu saat dia dipanggil MRT Jakarta untuk melakukan proses wawancara kerja.

“Yang interview saya bilang, ‘kamu itu mampu menjadi masinis. Kami ingin punya masinis perempuan, apakah kamu berminat,'” Indri mengenang proses wawancara ketika itu.

Bahkan seakan dia tak percaya, Indri sempat bertanya kembali, “Apakah mungkin saya menjadi masinis perempuan di Indonesia?”

“Jawabannya yang membuat saya percaya: ‘Dengan sistem belajar yang sama, sertifikasi yang sama, pasti perempuan dan laki-laki akan sama mampunya,” sambung Indri

Setelah mengikuti proses pendidikan lanjutan sebagai masinis dan menyaksikan datangnya kereta MRT Jakarta, Indri justru gugup. Banyak mata warga Jakarta bahkan Indonesia tentu tertuju pada moda transportasi massal terbaru di Ibukota tersebut. Apalagi kelak yang menakhodai MRT tersebut adalah seorang wanita muda.

“Saya merasa bangga sekaligus nervous, karena menjadi orang yang ditunggu itu tak mudah. Melihat mata-mata orang yang antusias menunggu MRT Jakarta beroperasi dan saya sebagai bagiannya membuat saya nervous. But again, it’s challenge!,” pungkasnya.

 

Selamat Hari Kartini!