Kawasan Lebak Bulus yang menjadi Depo Stasiun MRT Jakarta segera dicanangkan dalam bulan ini sebagai Kawasan Berorientasi Transit (KBT). Konsep serupa juga akan dibangun di beberapa stasiun lain, seperti di Stasiun Haji Nawi, Blok M, ASEAN, dan Fatmawati.

PropertiTerkini.comPT MRT Jakarta telah menyampaikan rencana besar dalam memodernkan wajah kawasan Lebak Bulus. Nantinya, kawasan tersebut tidak hanya sekadar sebagai Depo MRT, namun bakal terintegrasi dengan berbagai fasilitas sekitar.

Baca Juga: Wajah Baru Poins Square: Terhubung Skybridge ke Stasiun MRT

Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan bahwa pada Juli 2019 ini, akan mulai dilakukan pencanangan Kawasan Berorientasi Transit atau KBT Lebak Bulus. Dalam rencana tersebut, nantinya akan dibangun transit plaza Lebak Bulus dan rencana menghubungkan Poins Square dengan Stasiun Lebak Bulus Grab melalui jembatan pejalan kaki (pedestrian bridge).

“Rencananya sekitar Juli 2019 akan mulai dicanangkan pengembangan kawasan Lebak Bulus menjadi transit oriented development (TOD) atau kawasan berorientasi transit,” ujar William dikutip dari situs resmi perusahaan.

Sembari menunjukan gambar ilustrasi desain, William memaparkan soal rencana pembangunan area transit plaza yang berfungsi sebagai drop off dan pick up penumpang kendaraan pribadi atau daring.

Baca Juga: Core Cipete di Titik Nol Stasiun MRT Cipete, Mulai Rp1 Miliar

“Lokasinya tepat di depan Poins Square yang dulunya digunakan sebagai lokasi kantor lapangan PT MRT Jakarta. Selain itu, juga akan dibangun pedestrian bridge atau sky bridge sepanjang sekitar 200 meter yang menghubungkan Poin Square dan Stasiun Lebak Bulus Grab yang dilengkapi dengan akses lift,” ungkapnya.

Di Stasiun Lebak Bulus Grab, lanjut William, juga nantinya MRT Jakarta akan siapkan pameran dan beberapa kegiatan bincang-bincang (talkshow) terkait kawasan berorientasi transit di Lebak Bulus.

Bahkan konsep yang sama, lanjut William juga akan dikembangkan di sejumlah stasiun lain, seperti di Stasiun Haji Nawi, Blok M, ASEAN, dan Fatmawati.

“Khusus untuk pengembangan kawasan Stasiun Haji Nawi ini, konsep pengembangannya akan berpusat pada komunitas dengan pusat kegiatan lokal yang inklusif dan aktif,” jelasnya.

Baca Juga: MRT Jakarta Fase 2 Rampung 2024

Lebih rinci dia menjelaskan, di area stasiun tersebut tidak ada bangunan yang dimiliki oleh pengembang besar seperti area stasiun lain.

“Misalnya di sekitar jalur bawah tanah, sehingga pendekatannya berbeda, yaitu dengan melibatkan seluruh komunitas yang ada di sekitar kawasan sini,” ungkap William.

Sebagai tambahan, pengembangan kawasan berorientasi transportasi atau TOD memang cukup mendesak dilakukan di Ibukota Jakarta. Jika melihat data, lebih dari 18,6 juta kendaraan pribadi ada di Jakarta. Sementara pengguna angkutan umum di Ibu Kota baru mencapai angka 24 persen.

tod lebak bulus
Rencana TOD Stasiun Layang Lebak Bulus./ dok. MRT Jakarta

Ada sekitar 47,5 juta pergerakan orang di Jabodetabek. BPS DKI Jakarta pada 2015 mencatat setiap hari ada sekitar 1,4 juta pelaju dari daerah sekitar Ibu Kota.

Baca Juga: MRT Jakarta Bangun TOD di Lahan Perumda Pasar Jaya

Kecenderungan perluasan di wilayah Jakarta-Bodetabek yang pesat dan kurang terkendali secara signifikan meningkatkan biaya transportasi, mengurangi tingkat mobilitas, dan menurunkan kualitas hidup. Oleh karenanya, salah satu solusi terbaik adalah mengembangkan kawasan TOD yang juga terintegrasi dengan hunian.

85 Ribu Penumpang Per Hari

Sepanjang Juni lalu, rata-rata jumlah penumpang yang menggunakan MRT Jakarta adalah sebanyak 80.406 orang per hari. Namun demikian, menurut Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Muhammad Effendi, angka stabil yang sebenarnya ada di 85.000 orang per hari.

“Jumlah tertinggi terjadi pada saat peringatan HUT ke-492 Provinsi DKI Jakarta pada 22 Juni lalu, yaitu mencapai 108 ribu orang penumpang,” jelasnya.

Baca Juga: Jumlah Penumpang MRT Jakarta Mencapai 93.000 Orang

Terkait ketepatan waktu operasional ratangga, pencapaiannya sangat signifikan, yaitu ketepatan waktu kedatangan mencapai 99,95 persen dan ketepatan waktu tempuh serta berhenti kereta di stasiun mencapai 100 persen.

PT MRT Jakarta, lanjut Effendi, mengupayakan sejumlah program guna peningkatan penumpang seperti program kerja sama dengan gerai-gerai di pusat perbelanjaan di sekitar koridor fase 1, program akuisisi dengan penyelenggara bazaar di pusat perbelanjaan, serta program kampanye komunikasi publik dan komunitas.