Banyak versi cerita yang mengulas soal sejarah atau asal muasal pusat perbelanjaan atau mal. Pastinya, semua bermula dari kegiatan jual beli atau pertukaran barang oleh sekelompok orang di sebuah lokasi tertentu.
PropertiTerkini.com – Mengutip Wikipedia, mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan-jalan yang teratur sehingga berada di antara antar toko-toko kecil yang saling berhadapan.
Baca Juga: Aeon Mall Lengkapi Kawasan Little Tokyo Jababeka
Dalam perjalanannya, konsep mal terus mengalami kemajuan signifikan. Mal bukan lagi sekadar pusat belanja namun berubah menjadi pusat gaya hidup, bahkan rekreasi keluarga. Konsep mal seperti ini tentunya sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukungnya.
Mal diisi oleh berbagai jenis retail atau toko dalam satu struktur yang kompak, tempat berkumpul sejumlah vendor independen atau berbagai toko dengan beragam brand, antara satu toko dengan lainnya dihubungkan oleh jalur sirkulasi dengan tujuan mempermudah pengunjung berjalan dari satu toko ke toko lainnya.
Pusat belanja tersebut pun, kini tak hanya bersifat tertutup atau dalam gedung, namun ada pula mal terbuka atau open mall.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa budaya konsumen berbelanja di Eropa dan terutama Amerika terus menggila hingga puncaknya di tahun 1980-an. Mal-mal tertutup (indoor) telah menjadi bagian dari lanskap negara itu selama lebih dari 60 tahun. Aktivitas belanja ini bahkan disebut dengan istilah yang provokatif, yakni “Shop til You Drop!”
Baca Juga: Ubah Konsep, De Entrance Arkadia Kini Tempat Hangout Baru di Jakarta
Lantas bagaimana sesungguhnya sejarah dan muasal pusat perbelanjaan serta perkembangan dari mal tersebut?
1. Kegiatan Perdagangan
Asal muasal pusat perbelanjaan berawal dari kegiatan perdagangan yang dilakukan secara berkelompok pada masa lampau hingga munculnya bangunan yang dilengkapi dengan bilik-bilik kecil yang belakangan disebut dengan istilah “toko”. Beberapa artikel menjelaskan bahwa konsep toko pertama muncul di Forum Trajan di Roma. Forum merujuk pada ruang luar terbuka yang disekelilingnya terdapat bangunan utama seperti bait doa, candi, dan lain-lain, atau di Indonesia dikenal sebagai alun-alun. Dalam perkembangannya forum menjadi ruang atau bangunan tertutup
Perkembangan selanjutnya mengarah ke bangunan modern hingga luas dan menjadi pasar, hingga bazaar, baik dalam maupun luar ruangan.
2. Di Bawah Pohon
Konsep belanja selayaknya di gedung mal mulai muncul pada abad pertengahan. Saat itu orang melakukan jual beli di bawah pohon yang membentuk suatu deretan atau garis memanjang. Karena jumlah penduduk semakin bertambah, maka kualitas dan kuantitas barang yang diperdagangkan juga semakin meningkat.
Baca Juga: Muasal Coworking Space dari Tahun ke Tahun
Dalam perkembangannya, jalan-jalan yang semula hanya diteduhi oleh pohon-pohon yang berderet, lalu berubah menjadi suatu jalan dengan gedung-gedung disebelah kanan dan kirinya. Perkembangan fisik ini dapat dilihat pada pusat perdagangan di Cologne, Jerman Barat, yang menutup suatu jalan untuk kegiatan berbelanja, sehingga orang dapat berbelanja dengan berjalan kaki tanpa adanya gangguan dari kendaraan.
3. Aula Bursa
Di akhir abad ke-16 muncul jenis lain bangunan perdagangan untuk komoditas yang disebut ‘aula bursa’ di Antwerp dan Amsterdam. Dalam gedung ini terdapat kegiatan gabungan, seperti di lantai satu untuk menjual barang-barang dan lantai dasar perdagangan komoditas.
Seiring perkembangan perdagangan komoditas di Eropa, maka gedung-gedung bursa lainnya dibangun. Bursa Royal dibangun di London Antara 1566 dan 1568 berdasarkan Bursa Antwerp. Bursa Exeter (1676) adalah sebuah bangunan sederhana dua lantai, menyediakan ruangan panjang dilantai bawah disetiap sisinya.
Baca Juga: Beroperasi Tahun 2020, IKEA Bandung Tiga Kali Lebih Besar dari Alun-Alun
Walaupun sederhana, bangunan ini mulai memperhatikan faktor Kenyamanan pengunjung dengan menyediakan ruang kios interior yang luas dengan sirkulasi utama di antara baris kios. Kios-kios cenderung untuk menjual barang-barang mewah untuk orang kaya.
4. Material Kaca di Shopfronts
Jalan-jalan di Eropa umumnya memang sudah tertata rapi dan lebar sehingga terlihat sangat menarik. Seperti di jalanan Kota Paris dan London, bahkan sudah dilengkapi dengan pertokoan, pub, kafe, dan kedai kopi.
Sementara penggunaan material kaca dengan teknologi sederhana pada shopfronts atau bagian depan toko untuk pertama kalinya muncul di Belanda di akhir abad 17, dan di Perancis tahun 1700. Shopfronts berglasir meluas di London selama abad ke-18
5. Barton Arcade
Pada awal abad ke-19 struktur pasar di Paris adalah berdasarkan halaman terbuka dengan arcade berjajar dengan warung dan toko. Sementara di Kota Manchester, Inggris juga dibangun Barton Arcade yang menjadi kemajuan besar pusat belanja saat itu. Bangunan yang dirancang bertingkat (empat lantai) tersebut pun dilengkapi dengan lorong pejalan kaki (arcade) dengan satu koridor terbuka.
Baca Juga: Wajah Baru Poins Square: Terhubung Skybridge ke Stasiun MRT
Namun dalam perjalanannya, bagian atas koridor tersebut ditutup kaca tembus cahaya matahari (sky light), sehingga orang yang berada di dalam pusat perbelanjaan tersebut merasa seperti berada di alam bebas atau alam terbuka. Dengan didukung alat pengontrol iklim dan keamanan, maka pembeli dan pengunjung benar-benar dapat berbelanja dengan santai. Konsep inilah yang mendasari adanya pusat perbelanjaan.
6. Departement Store
Lahirnya pusat belanja modern diawali dengan adanya pasaraya atau toko serba ada (toserba) atau dalam istilah lebih luas disebut department store. Department store membawa pengaruh yang cukup signifikan dalam format evolusi shopping mall. Selama lebih satu abad, department store merupakan sarana berbelanja yang signifikan sebelum hadirnya pusat perbelanjaan atau shopping mall pada akhir abad ke-20. Munculnya department store mendorong toko-toko untuk bergerak ke arah perdagangan yang lebih spesialis dan eksklusif.
Sayangnya, departement store memasuki masa sulit pada pertengahan abad ke-20. Bahkan beberapa yang harus ditutup. Saat itulah, generasi baru departement store muncul yang disebut dengan supermarket. Namun supermarket lebih kepada toko tunggal dengan beragam produk di dalamnya, dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip perdagangan pada departement store.
7. Era Awal Shoppingmall
Suburban mall (mal daerah pinggiran kota) berkembang seiring dengan perkembangan perumahan di pinggiran kota Amerika akibat padatnya perkembangan shopping mall di pusat kota. Country Club Plaza adalah pusat perbelanjaan pertama yang dibuka pada tahun 1924 di Kansas City, Missouri, dirancang dan dibangun di luar pusat kota dan direncanakan untuk melayani orang yang datang mengendarai mobil, motor, dengan akses mudah dan fasilitas parkir.
Baca Juga: Modal Hanya Rp1,5 Juta, Abun Ekspor Kerajinan ke Amerika
Perkembangan mal pinggiran kota di Amerika Serikat di tahun 1950-an sangat luar biasa. Tahun 1945 hanya ada 45 mall di seluruh Amerika dan jumlahnya meningkat drastis menjadi 2.900 pada tahun 1958. Shopping mall yang menjadi model untuk diikuti yang lainnya adalah Northgate, Seattle, dibangun pada tahun 1950, dirancang oleh arsitek John Graham, Jr. Prinsip shopping mall ini adalah di kedua sisinya ada jalan panjang, linier, untuk pejalan kaki. Jalanan tetap terbuka dan jalan setapak melalui setiap toko. Toko-toko dikelilingi oleh parkir mobil yang luas. Dan mall ini merupakan mall pertama yang memiliki toilet umum.
8. Penemu Mall Tertutup
Konsep belanja di mall terpadu dan tertutup seluruhnya belum terlihat sampai dengan tahun 1950-an. Ide awal ruang tertutup dengan pertokoan di dalamnya dan pengaturan suhu ruang, diawali oleh arsitek Victor Gruen yang merancang Southdale Center, di Edina, Minneapolis, Amerika Serikat. Mal ini dibuka pada tahun 1956, sebagai shopping mall pertama tertutup sepenuhnya. Mal ini diisi oleh hampir 75 toko di dua tingkat ruang ritel.
Pemikiran-pemikiran Victor Gruen yang dikenal sebagai penemu mal tertutup pinggiran kota, untuk merekomendasikan area publik tertutup dan pengaturan suhu, menandai langkah perubahan dalam pemikiran tentang lingkungan perbelanjaan yang diorganisir, dengan menerapkan pengaruh psikologis. Perkembangan mal tertutup berlanjut hingga ke Eropa, terutama di Inggris, seperti pembangunan kembali Bull Ring di Birmingham dan Elephant Castle di Southwark.
Baca Juga: Setelah TOD Metro DeBar, Trivo Group Garap TOD Baranangsiang
Popularitas pusat perbelanjaan tertutup terus berlanjut selama 30 tahun, setelah kesuksesan arcade pada abad sebelumnya dan pengalaman belanja yang berbeda dengan departemen store.
9. Evolusi Abad 20
Seiring perkembangan, kebutuhan masyarakat akan pusat perbelanjaan pun terus meningkat. Pengelola atau pemilik mal harus mewujudkan konsep baru sebagaimana tuntutan masyarakat tersebut. Sebagai contoh dapat dilihat pada Ghirardelli Square di San Francisco, yang dibuka tahun 1964. Mall yang dikembangkan oleh William Roth dan ibunya Nyonya WP Roth ini dirancang oleh Wurster, Bernardi dan Emmons bersama-sama dengan Lawrence Halpim dan Associates. Mereka melengkapi konsep shopping mall yang sudah dieksploitasi Victor Gruen seperti sirkulasi ruang yang dinamis, dan kenyamanan konsumen dengan prinsip desain dalam ritel festival, yaitu mensinergikan antara katering atau restoran, waktu luang, dan toko-toko.
Baca Juga: TransPark Cibubur Unggul di Koridor Cibubur-Jonggol
Demikian, sejarah dan asal muasal pusat perbelanjaan di dunia. Bagaimana dengan konsep pusat belanja masa kini? Tentunya sudah berubah lagi ya? Semakin beragam brand dari berbagai tenant serta dilengkapi berbagai fasilitas lain untuk wisata keluarga.
Sumber: id.wikipedia.org, media.neliti.com, dan sumber lain.
One Comment
Bintaro Jaya Xchange Tahap Dua Mulai Dibangun | Properti Terkini
[…] Baca Juga: Muasal Pusat Perbelanjaan yang Harus Diketahui […]