PropertiTerkini.com, (TANGERANG SELATAN) – Sebagian dari wanita muda, apalagi yang sudah berumah tangga mungkin lebih memilih untuk tinggal dan mengurusi keluarganya di rumah. Namun bagi Peony Tang, tanggung jawab bagi keluarga dan pekerjaan adalah dua hal yang harus bisa dia lakukan, tentu dengan mengatur porsi waktu yang memadai.
Itulah kenapa, di dunia kerja pun, ibu dua anak ini sudah dipercaya menduduki jabatan sebagai direktur di sebuah perusahaan properti nasional, PT Setiawan Dwi Tunggal (SouthCity). Meski terbilang muda, wanita berparas ayu tersebut ternyata paham betul akan situasi properti terkini di Tanah Air. Bahkan, analisisnya soal gambaran sektor properti yang akan datang pun tak kalah apik dengan pengamat bahkan para tokoh sesepuh properti.
Tidak percaya? Simak saja ulasan Peony Tang ketika ditanya terkait kondisi bisnis properti akhir-akhir ini dan analisisnya terhadap kondisi properti yang akan datang.
Baca Juga: “Konsumen Properti Harus Hargai Value of Money”
Sudah jadi rahasia umum, sebut Peony, bahwa tren sektor properti nasional melambat sejak 2015. Ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat, mata uang rupiah juga depresiasi terhadap dolar AS dan menuruni sentimen maupun confidence dari para investor. Penjualan properti ikut melambat dan belum sepenuhnya pulih.
“Ditambah pemilihan presiden pada bulan April 2019, terus berdampak pada sentimen pembeli, dan ditambah dengan bulan puasa yang tidak jauh dari itu,” ujarnya.
Tetapi, kata dia, kita berharap terdapat kenaikan daya beli konsumen pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini dengan suksesnya Pemilu 2019, serta kebijakan pemerintah yang melonggarkan Loan To Value (LTV) atau uang muka, sehingga membuka kesempatan bagi para pencari properti, baik user maupun investor untuk membeli hunian dengan uang muka yang serendah-rendahnya.
Lebih lanjut, papar Peony, pertumbuhan GDP Indonesia yang cenderung stabil setiap tahunnya dengan kisaran 5.2%-5.3%, angka ini juga sudah jauh lebih baik ketimbang pertumbuhan ekonomi sebesar 4.8% di tahun 2015 lalu. Meskipun belum setinggi di tahun 2011 silam (6.8%), namun cukup mengindikasikan bahwa kondisi Indonesia kini sedang dalam perekonomian yang membaik.
“Pemerintah juga menargetkan inflasi pada kisaran 3-5%, tetapi pada Maret 2019, inflasi merosot ke level terendah sejak 2009 di 2,5%. Batas suku bunga mencapai titik tertinggi 7,5% pada 2016, tetapi pemerintah menurunkan pemotongan suku bunga yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 6% pada Maret 2019. Mata uang rupiah juga relatif stabil di awal 2019,” terangnya.
Presiden Joko Widodo, kata dia, juga telah berjanji untuk berinvestasi dalam infrastruktur seperti pembangunan akses jalan tol dan non tol, serta pembangunan transportasi massal MRT & LRT, perluasan jangkauan Trans Jakarta.
“MRT pertama di Jakarta selesai pada bulan Maret 2019 dan telah beroperasi penuh. Rencana ke depan untuk memperluas infrastruktur MRT ke daerah pinggiran kota akan sangat bermanfaat bagi banyak proyek yang berorientasi transit dan pengembangan properti,” ungkapnya.
Baca Juga: Rumah Favorit Presenter Wisata dan Gadis Sampul
Lebih dari itu, Peony bilang, pemerintah juga mendukung pertumbuhan properti Indonesia dengan memberikan kelonggaran aturan rasio LTV mulai terhitung 1 Agustus 2018 lalu dan mengutamakan perlindungan konsumen, yang berimbas mendorongnya kembali daya beli masyarakat terhadap properti.
“Seiring dengan berlakunya kebijakan pelonggaran rasio LTV, nilai DP yang harus dibayarkan oleh konsumen juga menjadi lebih rendah. Kita tahu bahwa BI menaikkan suku bunga acuan dari 4.25% menjadi 6% sepanjang tahun 2018 kemarin. Kenaikan suku bunga acuan tersebut memungkinkan perbankan juga menaikkan suku bunga kreditnya. Apalagi kenaikan suku bunga acuan BI itu membuat bank juga harus menaikkan bunga deposito. Namun faktanya, sejumlah bank masih tetap mempertahankan suku bunga kredit termasuk KPR / KPA murah,” jelasnya.
Menciptakan Ruang
Kepiawaian Peony dalam menganalisis bisnis properti Indonesia memang cukup beralasan, pasalnya sejak muda, dia sangat menyukai desain dan bisnis. Kini, dia telah menemukan passion-nya yang mampu menciptakan ruang yang indah dan menginspirasi bagi orang untuk bermain, bekerja dan tinggal.
“Sekarang sebagai pengembang, saya dapat menggabungkan passion saya untuk desain dengan aspek bisnis, finance, membangun dan menjual properti,” katanya.
Semangat Peony untuk untuk real estate telah diperkenalkan sejak kecil oleh ayahnya yang adalah seorang pengusaha. Sementara ibunya memiliki selera yang baik untuk desain. Dengan alasan tersebut, Peony menyelesaikan gelar ganda di bidang Keuangan & Real Estate dari Wharton School of Business di University of Pennsylvania.
Sejak lulus tahun 2009, dia bekerja untuk The Blackstone Group di Hong Kong, sebuah perusahaan real estate private equity fund terbesar di dunia dengan asset lebih dari USD140 miliar yang dikelola (AUM). Setelah The Blackstone Group, Peony bekerja untuk firma ekuitas swasta Asia Tenggara bernama Quvat di Singapura sebelum bergabung dengan SouthCity pada 2017.
“Berada di sektor properti merupakan kebanggaan tersendiri. Ini sangat berarti karena Anda dapat membangun hunian untuk orang-orang serta membentuk lingkungan tempat mereka membesarkan keluarga mereka. Saya percaya bahwa di SouthCity, kami tidak hanya membangun properti, tetapi kami juga ingin meningkatkan kehidupan orang-orang yang tinggal di properti yang dikembangkan oleh kami,” ungkapnya.
Sejak bergabung dengan SouthCity, peran Peony adalah mengawasi berbagai divisi di perusahaan seperti keuangan, akuntansi, pajak, desain serta perencanaan, proyek, pemasaran dan penjualan. Proyek pertama yang dijalankan adalah mengawasi pembangunan SouthCity Square, ruko pertama di dalam area SouthCity seluas 55 hektar tersebut.
Bersama SouthCity, fokus utama pengembangan saat ini adalah menyelesaikan proyek apartemen co-living pertama, yakni The Parc. Peletakan batu pertama untuk The Parc akan dimulai pada Agustus 2019 dan pihaknya berkomitmen untuk menyelesaikan proyek ini tepat waktu.
Baca Juga: Sasar Milenial, The Parc Apartment Tawarkan Lima Keunggulan
“Meskipun The Parc menjadi proyek apartemen pertama SouthCity disaat pasar properti Indonesia yang lambat, saya senang dan bersyukur bahwa pelanggan menyukai apa yang mereka lihat di Show Unit The Parc kami dan kami telah mampu menjual 60% dari total unit The Parc sejak meluncurkan Summer Tower pada bulan April 2019 yang lalu. Hal ini merupakan bukti nyata dari kerja keras seluruh tim dari SouthCity,” katanya.
Bahkan dalam waktu 24 bulan ke depan, lanjutnya, SouthCity juga akan mengembangkan sebuah pusat perbelanjaan dan gaya hidup di SouthCity. “Mal ini akan membantu meremajakan dan meningkatkan pengunjung ke SouthCity serta memberikan peningkatan gaya hidup dan pilihan hiburan untuk semua penghuni dan masyarakat sekitar,” ungkap Peony yang gemar menikmati kaligrafi dan merangkai karangan bunga tersebut.
Dirikan GoWork
Sebelum bergabung dengan SouthCity, Peony Tang bersama rekan-rekannya juga mendirikan GoWork, sebuah ruang kerja bersama (coworking space) modern bagi para startup. GoWork dihadirkan sebagai jawaban akan banyaknya permintaan dari perusahaan-perusahaan atau startup di Indonesia, akan ruang kerja yang menawarkan kecepatan dan fleksibilitas di saat kondisi ekonomi global yang tak menentu.
Kata dia, saat ini ada lebih dari 2.200 perusahaan baru di Indonesia, dan lebih dari 1.000 yang akan hadir. Fasilitas yang disediakan coworking space membantu mereka untuk tumbuh dan berhemat sesuai dengan kebutuhan tanpa dihantui oleh sewa kantor jangka panjang yang mahal.
“Di Indonesia, perkembangan coworking space terus bertambah sejalan dengan perkembangan startup dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di sejumlah daerah. Dengan alasan tersebut, kami memulai GoWork pada bulan April 2017. Ketika kami menciptakan GoWork, kami ingin membangun ruang kerja bersama yang mengutamakan serta mengedepankan anggotanya. Ruang yang tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi koneksi dan kolaborasi, dengan menyediakan jaringan alat dan dukungan untuk membantu bisnis tumbuh serta berkembang,” terangnya.
Desain ruang di GoWork juga dibuat sedemikian rupa untuk mendukung tujuan tersebut. GoWork memadukan ruang komunal, ruang kerja bersama, dan kantor pribadi dengan memaksimalkan cahaya alami dan ruang terbuka, di area publik di seluruh area, dan mengganti dinding kantor dengan partisi kaca.
Semua ruang di GoWork juga dirancang dengan cermat dan rapi, dimana menggabungkan coworking space kelas dunia dengan desain kursi ergonomis, tetapi tetap nyaman serta area lounge yang Instagram-able dan area umum yang mendukung berkomunitas dan berkolaborasi.
“Ruang kerja di GoWork menggunakan konsep desain terbuka dan modern untuk menghadirkan ruangan kolaboratif secara alami yang mampu mendorong proses belajar diantara para anggotanya dengan tanpa mengurangi privasi bisnis,” jelas Peony.
Lebih lanjut, GoWork menyediakan ruang kerja yang menginspirasi dan dilengkapi dengan sarana dan perlengkapan yang dapat membantu perusahaan-perusahaan berkembang. GoWork bekerja untuk mencapai tujuan ini dengan menciptakan platform bisnis dan komunitas untuk para membernya melalui desain spasial yang telah diteliti secara rinci, teknologi yang terintegrasi, dan konten serta pelayanan yang memberdayakan. Usaha ini didukung oleh beberapa pemodal ventura terkenal dan bermitra dengan merek-merek terkemuka di coworking, gaya hidup dan real estat.
“Di GoWork, kami berkomitmen untuk membangun ruang kerja indah yang menginspirasi untuk membantu para seniman, pencipta, dan pengusaha mencapai tingkat kesuksesan yang baru. Ruang kerja kita yang dirancang dengan khusus menyediakan lingkungan yang produktif dan kolaboratif untuk tim Anda, dan juga sarana dan perlengkapan yang dapat membantu perusahaan-perusahaan berkembang. Sederhananya, misi kami adalah untuk membantu tenant tumbuh berkembang,” tegas Peony.
GoWork telah memiliki 16 lokasi yang terletak di lokasi yang sangat strategis serta tersebar di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bali, dan Surabaya dengan total 30.000 m2. Ini adalah salah satu coworking space terbesar di Indonesia, dan beberapa lokasi GoWork memberikan kemudahan akses bagi anggota yang terkendala dengan lalu lintas serta kemacetan di Jakarta setiap hari.
“Kami juga memiliki mobile app GoWork yang memberikan kemudahan dan on-the-go untuk anggota kami. Melalui aplikasi, anggota juga akan dapat mengakses jaringan coworking space kami terletak di 16 lokasi berbeda secara langsung,” tambahnya.
Baca Juga: Budiarsa Sastrawinata: Sukses Dimulai dari Nol
Peony yakin bahwa coworking adalah masa depan dalam bekerja. Buktinya, meskipun sektor ini awalnya digunakan oleh para pemula, pengusaha dan freelance, namun kini semakin banyak perusahaan, besar dan kecil, sedang mengeksplorasi cara menggabungkan konsep tersebut.
Beberapa contohnya, seperti di Amsterdam, perusahaan raksasa seperti Philips dan IBM memanfaatkan coworking space untuk mendorong inovasi bersama start-ups. Kemudian di London, sebagian dari tim akuntansi KPMG duduk di coworking space oleh pasar Camden. Sedangkan di Hong Kong, HSBC telah memindahkan 300 stafnya ke coworking space.
“Dengan demikian, coworking tidak hanya untuk perusahaan kecil dan menengah atau baru. Coworking merupakan solusi ruang kerja fleksibel yang berfokus pada komunitas, berbagi, dan kolaborasi untuk setiap perusahaan besar atau kecil,” katanya.