Secara keseluruhan, penjualan rumah MBR di Palembang mendominasi pasar yang mencapai 90 persen. Meski harga rumah subsidi hanya naik 5 persen, namun pengembang rumah MBR tetap bertahan.

Propertiterkini.com – Properti Palembang terus menggeliat walaupun segmen menengah ke atas masih lambat. Saat ini menunjukkan angka yang lebih baik dan penjualan memang masih didominasi rumah bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) atau FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) yang mencapai 90%, sisanya komersil.

Baca Juga: REI Sumsel: Pengembang MBR Masih Bertahan, Meski Untung Kian Buntung

Dengan berbagai event internasional seperti Asean Games dan Asian Games ikut serta mendongkrak properti Palembang, bahkan hingga ke kabupaten sekitar. Seperti Kabupaten Linggau, Prabumuli dan Lahat.

Kawasan ini memang berpotensi besar, selain termasuk strategis, ketersediaan lahan juga harga tanah masih terjangkau. Rumah MBR di Palembang memang harus bermain ke pinggir, karena harga jual yang ditetapkan pemerintah cuma 5%. Sedangkan kenaikan harga tanah antara 50-100%. Sehingga pilihannya adalah ke kabupaten yang harga tanahnya lebih terjangkau.

“Kita tetap membangun tipe sesuai aturan dan kualitas tetap dijaga. Palembang juga merupakan salah satu penyumbang kontribusi terbesar rumah tapak untuk skala nasional, khususnya rumah MBR atau RSH (rumah sederhana),” ujar Zewwy Salim, Sekertaris DPD REI Sumsel, belum lama ini.

Sementara untuk dalam kota, tipe menengah atas atau setidaknya apartemen sudah bisa berjalan. Beberapa pemain nasional sudah masuk, sehingga ini akan menjadi persaingan yang sangat bagus di Kota Palembang. Masuknya pengembang nasional ini tentu menggambarkan bahwa Palembang punya potensi yang sangat besar.

Lantas bagaimana dengan permintaan pasar akan hunian MBR di Palembang atau sekitarnya?

Baca Juga: Ada KPR Milenial, Beli Rumah Subsidi Tanpa Batasan Gaji

Untuk rumah MBR, kata Zewwy atau yang kerap disapa Awi, kebutuhannya terus meningkat. Setiap tahun naik sekitar 20-25 persen.

“Salah satu faktornya karena proses perizinan yang menjadi prioritas untuk dipermudah. Pemerintah memberikan kemudahan dalam hal perizinan,” katanya.

Selain itu, pemerintah setempat juga terus berupaya membuka akses baru dan memperbaiki akses infrastruktur yang ada, baik dalam kota maupun ke kabupaten dan provinsi sekitarnya.

Awi mencontohkan adanya akses jalan baru tembus Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II membuat jalur tersebut sangat menggeliat. Bahkan harga tanahnya naik tajam, menjadi sekitar Rp2-3 juta/m2.

“Padahal jalan ini baru dibuka tahun kemarin,” imbuhnya.

Baca Juga: Kebijakan Pemerintah Beratkan Pengembang MBR, SPS Group: Kami Optimis Capai Target

Sementara harga tanah di sekitar Palembang yang potensial sebagai garapan rumah MBR berkisar Rp200-300 ribu/m2. Beberapa wilayah di kabupaten sekitar bahkan masih menjual dengan harga sekitar Rp100 ribu/m2. Harga tersebut tentu tak sebanding dengan beberapa lokasi strategis di tengah Kota Palembang yang mencapai sekitar Rp20-30 juta/m2.

“Sejauh ini, tanah untuk rumah MBR memang masih terjangkau. Tetapi melihat kenaikannya yang mencapai 100 persen tentu semakin berat bagi kami. Apalagi pemerintah cuma menaikkan harga rumah FLPP sebesar 5 persen,” terang Direktur PT Anugrah Wahana Indah (AWI) – pengembang rumah MBR di Sumatera Selatan.