Empat strategi yang diterapkan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, diantaranya adalah manajemen rekayasa lalu lintas dan penindakan kendaraan Over Dimensi dan Over Load (ODOL).

Propertiterkini.com – Jalan Tol Jakarta-Cikampek (Japek) menjadi jalur transportasi strategis yang selalu dipadati kendaraan bahkan melebihi V/C Ratio. Hal ini diperparah dengan adanya pengerjaan beberapa Proyek Strategis Nasional yang pembangunannya bersamaan di sekitar Jalan Tol Japek eksisting.

Baca Juga: Viral Tol Jakarta-Cikampek Ditutup, Ternyata Ini Faktanya

Antaralain, seperti Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated, Light Rail Transport (LRT) Jakarta-Bekasi Timur, kereta cepat Jakarta-Bandung, Jalan Tol JORR II Cibitung-Cilincing dan Cibitung-Cimanggis. Untuk mengurai kepadatan yang terjadi, PT Jasa Marga (Persero) Tbk menerapkan empat strategi.

Strategi tersebut berupa manajemen rekayasa lalu lintas, penindakan kendaraan Over Dimensi dan Over Load (ODOL), pengawasan terhadap kendaraan truk di Ruas Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) E2 (Cikunir-Cakung), dan manajemen proyek.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan BPTJ Kemenhub Karlo Manik mengatakan, sosialisasi pemberlakuan kebijakan ganjil-genap di Gerbang Tol (GT) Tambun saat ini intensif dilakukan hingga akhir November.

“Selain itu, dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kemenhub juga telah menyiapkan tambahan 13 unit bis bagi pengguna jalan tol yang akan beralih ke transportasi publik karena perluasan wilayah pemberlakuan ganjil genap di GT Tambun,” ujar Karlo sebagaimana siaran pers Jasa Marga, Rabu (21/11/2018).

Sementara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, menekankan pentingnya penertiban kendaraan yang terindikasi ODOL untuk tidak masuk ke jalan tol atau dari awal telah direncanakan untuk kendaraannya tidak terindikasi ODOL, apabila dipaksakan akan ditilang di jalan tol.

Baca Juga: Jalan Tol Trans-Jawa Rampung, Jakarta-Surabaya Hanya 12 Jam

“Penjelasannya, bukan mereka (truk terindikasi ODOL) tidak boleh masuk. Untuk kondisi critical seperti ini, tolong dihargai hak-hak pengguna jalan tol lain,” tegas Budi.

Budi juga mengimbau stakeholder proyek agar kegiatan konstruksinya tidak menimbulkan kemacetan yang signifikan. Bahkan untuk kegiatan seperti KCIC dan LRT diminta untuk menghentikan kegiatannya beberapa bulan ke depan.

“Sekarang 57%, kita inginkan agar sebelum lebaran selesai, itu pun saya mau tahu detail apa yang dilakukan. Apakah memang harus prioritas dikerjakan sekarang atau waktunya lain atau ada suatu rekayasa konstruksi yang lebih solve terhadap lalu lintas. Apakah cara mengkonstruksi atau cara ruang-ruang pembatasan lebih lebar,” kata Menhub.

Beroperasi Lebaran 2019

Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani, mengatakan bahwa Tol Japek II Elevated terus dikejar pembangunannya supaya dapat beroperasi fungsional saat lebaran tahun 2019. Selain itu, manfaat Jalan Tol Trans Jawa dari Jakarta-Grati akan lebih maksimal jika Jalan Tol Japek II Elevated juga selesai.

“Kami akan lebih banyak berkoordinasi lagi dengan Dinas Perhubungan, BPTJ, Kepolisian, supaya pengaturan dari beberapa proyek ini dan pengaturan dari kami sendiri sebagai pelaksana dari Jakarta-Cikampek Elevated jauh lebih efektif,” ujar Desi.

Baca Juga: Jumlah Penghuni Meningkat, Citra Maja Raya Siap Bangun Stasiun Baru

Desi juga menekankan pengguna jalan tol dalam memilih waktu perjalanan, mengingat window time secara umum yang digunakan dalam pengerjaan konstruksi yaitu antara pukul 22.00-05.00 WIB.

“Jangan sampai ada persepsi kalau mau lewat Jakarta-Cikampek mendingan jalan malam. Sebaliknya, justru jalan malam itulah konstruksi sedang banyaknya bergerak dan bergeraknya frontal. Ada titik-titik pengangkatan steel box girder di empat titik sekaligus, ada titik-titik pengecoran mungkin di tiga titik sekaligus. Sehingga, jangan pernah ada persepsi lewat Jakarta-Cikampek malam saja, pasti sepi,” imbuh Desi.