Situasi tahun politik dalam setiap penyelenggaraan menjelang pemilu melahirkan iklim ketidakpastian bagi investor. Ketidakpastian ini akan membuat pergerakan yang fluktuatif pada pasar modal termasuk kurs mata uang.
Diyakini pula kondisi tahun politik akan memengaruhi pergerakan ekonomi masyarakat yang merupakan dampak multiplier effect dari dana-dana kampanye yang digelontorkan para partai peserta pemilu.
Baca Juga:
- Seriuskah Pemerintah Jalankan Program Sejuta Rumah?
- IPW: Pasar Perumahan Banten Q1-2018 Naik Lagi
- Pasar Properti, dari Tumbuh Semu ke Tumbuh Riil
Coba kita simak sebentar berapa dana kampanye dan dana bergulir selama masa Pemilu 2009 dan 2014. Dana kampanye dari sejumlah partai pemilu tahun 2009 adalah sebesar Rp829 miliar dan meningkat tajam hampir 3 kali lipat di pemilu 2014 menjadi Rp3,1 triliun. Namun dana yang bergulir selama Pemilu akan sangat lebih besar lagi.
Secara keseluruhan dana yang bergulir pada Pemilu 2009 diperkirakan mencapai Rp 29-30 triliun. Pengeluaran Pemilu sebesar Rp 30 triliun akan membangkitkan dampak tidak langsung dalam perekonomian sebesar Rp 28 triliun. Jadi total dampak langsung dan tidak langsung Pemilu 2009 adalah Rp 58 triliun.
Bandingkan dengan penyelenggaraan Pemilu 2014 dengan dana yang bergulir sekitar Rp85-115 triliun yang membangkitkan dampak tidak langsung dalam perekonomian sebesar Rp89 triliun.
Jadi, dampak langsung dan tidak langsung Pemilu 2014 adalah sebesar Rp205 triliun atau terjadi peningkatan 2,5 kali dibandingkan dana bergulir Pemilu 2009. Suntikan dana ini akan menjadi sisi positif di tengah kelesuan perekonomian saat ini yang juga dirasakan sektor properti.
Sektor yang akan mengalami peningkatan pertumbuhan tertinggi selama Pemilu adalah sektor industri percetakan/kertas yang tumbuh 9,4 persen tahun 2009 dan 17,99 persen tahun 2014, diikuti sektor lainnya seperti industri pakaian jadi, sektor perdagangan, hotel, restoran, telekomunikasi, dan transportasi.
Pertumbuhan ini akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan daya beli masyarakat yang sebagian besar akan dibelanjakan dalam bentuk rumah atau properti. Berdasarkan data yang ada terlihat umumnya pasar properti akan tertahan selama tahun politik dan mengalami pertumbuhan positif setelah Pemilu.
Peningkatan ini akan terlihat dalam peningkatan jumlah KPR/KPA di perbankan yang mengalami kenaikan di 6 bulan sampai 1 tahun setelah Pemilu dilakukan. Selama periode Pemilu 2009, pasar properti mengalami peningkatan 7,8 persen di tahun 2010. Bahkan dalam periode Pemilu 2014 terjadi kenaikan pasar properti 32,6 persen di tahun 2015.
Meskipun para investor properti di segmen menengah-atas diperkirakan relatif masih menahan dan wait and see karena gesekan politik di tahun 2019 nanti agaknya akan lebih panas, namun secara umum pergerakan positif harusnya akan terjadi pada segmen menengah bawah.
Semoga penyelenggaraan Pemilu nanti berjalan dengan lancar dan aman yang akan membuat pergerakan lebih cepat lagi di semester kedua tahun 2019 nanti. Yang juga akan membawa pengaruh tertahannya pasar properti lebih dikarenakan kenaikan suku bunga perbankan sebagai dampak antisipasi kenaikan The Fed.
Kenaikan suku bunga BI dari 4,25 persen dan telah naik dua kali menjadi 4,75 persen menjadi sangat krusial. Bila kenaikan sudah mencapai 5 persen atau terjadi kenaikan 0,75 persen maka pihak perbankan pun akan menyesuaikan suku bunga perbankannya dan itu berarti suku bunga KPR akan kembali naik. Yang juga berarti pasar properti akan tertahan.
2 comments
Permata Graha Land Tetap Enjoy di Tahun Politik | Properti Terkini
[…] Tahun Politik Bikin Investor Galau […]
Pamor Properti di Tahun Politik, Pengembang Tetap Optimis | Properti Terkini
[…] […]